Salah satu keluarga di kawasan pengungsian Desa Liang, Maluku Tengah harus bergilir menggunakan masker kain di tengah pandemi Hal ini karena mereka kesulitan mendapatkan masker di tengah wabah Corona Virus Disease (Covid 19) ini. Ditemui di tenda pengungsian yang berada tepat di perbukitan Desa Liang, Kamis (16/04/2020).
Siang itu, Ibu Hawa Lessy yang tinggal bersama empat anaknya, mengaku dirinya hanya mempunyai satu masker kain yang digunakan secara bergantian dengan anak perempuannya. Masker itu, kata Ibu Hawa, dibelikan salah satu anaknya yang sehari hari mengais rezeki sebagai penjual asongan di Pelabuhan Hunimual, Maluku Tengah. "Itupun dia beli karena jika tidak menggunakan masker, anak saya tidak diijinkan berjualan di dalam kawasan Pelabuhan," Tutur Ibu Hawa dengan senyum tipisnya.
Masker yang dibeli dengan harga 20 ribu itu akan dicuci setiap kali pemakaian kemudian akan digunakan kembali oleh Ibu Hawa jika hendak ke pasar. Masker itu sudah terlihat lusuh dan kotor, ternyata anak perempuannya baru saja kembali dari Pelabuhan. Ibu Hawa hendak mencuci masker tersebut agar bisa digunakan kembali. Dia mengaku mengetahui imbauan imbauan Pemda tentang cara melindungi diri dari serangan wabah virus corona ini.
Termasuk wajib menggunakan masker jika hendak keluar rumah. Namun, kondisi ekonomi yang membuat dirinya harus bersyukur jika bisa untuk sekedar makan sehari hari. Hal yang sama dikeluhkan oleh warga pengungsi lainnya.
Naken Samual mengaku sejauh ini hanya ada imbauan imbauan yang diteriakan pemerintah lewat alat pengeras suara. Seperti yang dilakukan oleh petugas Kepolisian beberapa waktu lalu. Namun, mereka tidak dibantukan dengan penyediaan masker.
"Harga masker menurut kami mahal. Sulit untuk kami beli. Mereka (pemerintah) hanya kasih pengumuman saja, tapi tidak ada bantuan sejauh ini," Kata Naken. Sebelumnya gempa bumi berkekuatan magnetudo 6.5 yang mengguncang Pulau Ambon dan sekitarnya pada 26 September 2019. Dan hal itu mengakibatkan puluhan bangunan rusak termasuk rumah warga di sekitar Desa Liang ini.
Hingga kini puluhan Kepala Keluarga masih mengungsi di perbukitan ini karena rumah mereka ikut hancur ketika gempa itu terjadi.